HAFALAN SHOLAT DELISA
Pada artikel ini saya akan mereview film yang sangat menyentuh hati, khususnya para orang tua yang ingin anaknya bisa mengahafal bacaan sholat dengan benar. Film ini menceritakan tentang seorang gadis kecil yang berusaha menghafal bacaan sholat dengan lancar dan benar. Ia selalu tegar menerima apa yang terjadi dengan dirinya, tidak mengeluh dan selalu sabar. Yuk simak review dari saya...
Disebuah desa kecil Lhok Nga-Aceh hidup sebuah keluarga kecil yang sangat menanamkan islam dalam kesehariannya. Mereka adalah pasangan suami istri Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka mempunyai 4 anak perempuan yang solehah, yaitu Alisa Fatimah, Alisa Zahra & Alisa Aisyah(si kembar) dan yang bungsu Alisa Delisa. Abi Usman bekerja di kapal tangki minyak di luar negri yang pulangnya setiap 3 bulan sekali. Setiap subuh Umi Salamah selalu membangunkan putri-putrinya untuk sholat subuh berjamaah. Delisa anak yang paling susah untuk dibangunkan. Namun, sejak kecil Delisa sudah diajarkan ilmu agama oleh Umi Salamah. Delisa ini anaknya tegar sekali dan ia tidak mudah putus asa.
Umi Salamah mempunyai kebiasaan selalu memberikan hadiah berupa kalung emas kepada anaknya yang sudah hafal bacaan sholat dengan sempurna. Si bungsu Delisa yang belum mendapatkan hadiah tersebut karena belum hafal sempurna dengan bacaan sholatnya. Sedangkan Abi Usman berjanji akan membelikan sepeda jika Delisa bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Delisa berusaha dengan keras menghafal bacaan sholatnya agar bisa lancar saat ujian sholat di sekolahnya. Umi Salamah sudah membelikan kalung dengan gantungan berbentuk huruf D(untuk Delisa) sebelum Delisa menghafal bacaan sholatnya. Dengan semangat yang luar biasa, Delisa mencoba menghafal bacaan sholatnya dengan sempurna.
Pagi itu, tanggal 24 Desember 2004 Delisa maju untuk ujian hafalan sholat di sekolahnya. Di sekolahnya ramai anak-anak seumuran dengannya untuk mempraktekkan hafalan sholat mereka. Delisa ditemani oleh Umi Salamah. Ia menunggu giliran nya dengan semangat yang menggebu-gebu. Tibalah giliran Delisa untuk maju hafalan sholat nya. Ia memulai dengan bacaan "ta'awudz", membaca "bismillah'' dengan gemetar dan mengangkat kedua tangannya dengan suara dan hati yang mulai mantap " Allahuakbar". Seketika itu tsunami datang dengan sangat dahsyat. Semua orang merasa takut dan cemas. Para warga berlarian mencari pertolongan. Umi Salamah berteriak memanggil Delisa dari luar pintu kelas. Namun, Subhanallah Delisa tetap melanjutkan bacaan sholatnya dengan khusyuk tanpa menghiraukan situasi yang terjadi kala itu. Ketika Delisa melakukan sujud yang pertama kalinya, air tsunami telah menghempas Delisa dan seluruh Lhok Nga. Sholat Delisa belum sempurna. Ia terdampar jauh dan kehilangan Umi dan kakak-kakaknya.
Abi Usman yang mendapat kabar bahwa Lhok Nga terkena musibah tsunami langsung pulang kekampung dan mencari kabar dari keluarganya. Sesampainya disana Abi sangat terpukul melihat kondisi Lhok Nga yang sudah rata terhempas air. Abi semakin terpuruk ketika mendapat kabar bahwa anaknya Fatimah, Zahra, dan Aisyah tidak selamat dan sudah dikuburkan. Tinggal Delisa dan Umi Salamah yang belum ditemukan. Setelah beberapa hari Delisa ditemukan dan diselamatkan oleh tentara Amerika yaitu Smith. Tubuh Delisa yang dipenuhi bunga-bunga putih dan bercahaya kemilau membuat Smith mendapat hidayah memutuskan berganti nama Salam dan menjadi seorang mu'alaf.
Akhirnya Abi Usman menemukan Delisa di rumah sakit dengan kondisi yang menyedihkan. Kaki kanan Delisa harus di amputasi karena terluka akibat terjepit kayu-kayu, bahkan sudah membusuk. Meskipun kehilangan kaki kanannya, ketiga kakaknya, dan uminya, Delisa tetap berusaha tegar tidak mengeluh, ia tidak mudah putus asa. Abi Usman membawa pulang Delisa ke Lhok Nga dan mereka tinggal bersama korban-korban lainnya di tenda-tenda pengungsian.
Beberapa bulan kemudian Delisa bersama teman-temannya mulai masuk sekolah lagi dengan peralatan apa adanya. Delisa mulai menghafal bacaan sholatnya kembali, namun ia kesusahan. Delisa lupa bacaan sholatnya, kalung yang berliontin huruf D untuknya dan sepeda yang dijanjikan oleh abinya. Delisa benar-benar ingin menghafal bacaan sholatnya karena Allah. Setelah beberapa waktu, Delisa mampu menyelesaikan hafalan sholatnya dengan sempurna tanpa terbalik. Ia bahkan berkeinginan untuk bisa sholat dengan khusyuk agar bisa mendoakan umi dan ketiga kakaknya. Ketika ia selesai sholat ashar, ia pergi ketepi sungai untuk mencuci tangannya. Disana Delisa melihat pantulan cahaya matahari senja sangat indah menakjubkan. Cahaya itu adalah seuntai kalung yang dijanjikan oleh uminya untuk Delisa saat sudah lulus hafalan sholatnya. Kalung tersebut berada pada genggaman tangan manusia yang sudah meninggal tinggal tulang nya saja, yang tidak lain adalah uminya. Delisa sangat terkejut melihat nya, ia baru sadar jika uminya telah pergi meninggalkannya. Dan akhirya Delisa berteriak "UMMI.............".
KELEBIHAN : Menyampaikan kepada penontonnya untuk bersikap tegar dan ikhlas menerima apapun keaadaan yang menimpa diri kita. Jangan mudah putus asa dan selalu berysukur atas apa yang kita miliki.
KEKURANGAN : Pada film ini saat Delisa mendapat kalung itu apakah hanya mimpi atau benar mendapatkannya itu tidak jelas. Hanya dimunculkan adegan sampai ia berteriak ummi nya tidak dijelaskan lagi kelanjutannya.
Saran : Diperjelas lagi keaadan setelah tsunami dan kejadian waktu Delisa me;ihat sebuah kalung yang berada digenggaman tangan umminya.
Disebuah desa kecil Lhok Nga-Aceh hidup sebuah keluarga kecil yang sangat menanamkan islam dalam kesehariannya. Mereka adalah pasangan suami istri Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka mempunyai 4 anak perempuan yang solehah, yaitu Alisa Fatimah, Alisa Zahra & Alisa Aisyah(si kembar) dan yang bungsu Alisa Delisa. Abi Usman bekerja di kapal tangki minyak di luar negri yang pulangnya setiap 3 bulan sekali. Setiap subuh Umi Salamah selalu membangunkan putri-putrinya untuk sholat subuh berjamaah. Delisa anak yang paling susah untuk dibangunkan. Namun, sejak kecil Delisa sudah diajarkan ilmu agama oleh Umi Salamah. Delisa ini anaknya tegar sekali dan ia tidak mudah putus asa.
Umi Salamah mempunyai kebiasaan selalu memberikan hadiah berupa kalung emas kepada anaknya yang sudah hafal bacaan sholat dengan sempurna. Si bungsu Delisa yang belum mendapatkan hadiah tersebut karena belum hafal sempurna dengan bacaan sholatnya. Sedangkan Abi Usman berjanji akan membelikan sepeda jika Delisa bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Delisa berusaha dengan keras menghafal bacaan sholatnya agar bisa lancar saat ujian sholat di sekolahnya. Umi Salamah sudah membelikan kalung dengan gantungan berbentuk huruf D(untuk Delisa) sebelum Delisa menghafal bacaan sholatnya. Dengan semangat yang luar biasa, Delisa mencoba menghafal bacaan sholatnya dengan sempurna.
Pagi itu, tanggal 24 Desember 2004 Delisa maju untuk ujian hafalan sholat di sekolahnya. Di sekolahnya ramai anak-anak seumuran dengannya untuk mempraktekkan hafalan sholat mereka. Delisa ditemani oleh Umi Salamah. Ia menunggu giliran nya dengan semangat yang menggebu-gebu. Tibalah giliran Delisa untuk maju hafalan sholat nya. Ia memulai dengan bacaan "ta'awudz", membaca "bismillah'' dengan gemetar dan mengangkat kedua tangannya dengan suara dan hati yang mulai mantap " Allahuakbar". Seketika itu tsunami datang dengan sangat dahsyat. Semua orang merasa takut dan cemas. Para warga berlarian mencari pertolongan. Umi Salamah berteriak memanggil Delisa dari luar pintu kelas. Namun, Subhanallah Delisa tetap melanjutkan bacaan sholatnya dengan khusyuk tanpa menghiraukan situasi yang terjadi kala itu. Ketika Delisa melakukan sujud yang pertama kalinya, air tsunami telah menghempas Delisa dan seluruh Lhok Nga. Sholat Delisa belum sempurna. Ia terdampar jauh dan kehilangan Umi dan kakak-kakaknya.
Abi Usman yang mendapat kabar bahwa Lhok Nga terkena musibah tsunami langsung pulang kekampung dan mencari kabar dari keluarganya. Sesampainya disana Abi sangat terpukul melihat kondisi Lhok Nga yang sudah rata terhempas air. Abi semakin terpuruk ketika mendapat kabar bahwa anaknya Fatimah, Zahra, dan Aisyah tidak selamat dan sudah dikuburkan. Tinggal Delisa dan Umi Salamah yang belum ditemukan. Setelah beberapa hari Delisa ditemukan dan diselamatkan oleh tentara Amerika yaitu Smith. Tubuh Delisa yang dipenuhi bunga-bunga putih dan bercahaya kemilau membuat Smith mendapat hidayah memutuskan berganti nama Salam dan menjadi seorang mu'alaf.
Akhirnya Abi Usman menemukan Delisa di rumah sakit dengan kondisi yang menyedihkan. Kaki kanan Delisa harus di amputasi karena terluka akibat terjepit kayu-kayu, bahkan sudah membusuk. Meskipun kehilangan kaki kanannya, ketiga kakaknya, dan uminya, Delisa tetap berusaha tegar tidak mengeluh, ia tidak mudah putus asa. Abi Usman membawa pulang Delisa ke Lhok Nga dan mereka tinggal bersama korban-korban lainnya di tenda-tenda pengungsian.
Beberapa bulan kemudian Delisa bersama teman-temannya mulai masuk sekolah lagi dengan peralatan apa adanya. Delisa mulai menghafal bacaan sholatnya kembali, namun ia kesusahan. Delisa lupa bacaan sholatnya, kalung yang berliontin huruf D untuknya dan sepeda yang dijanjikan oleh abinya. Delisa benar-benar ingin menghafal bacaan sholatnya karena Allah. Setelah beberapa waktu, Delisa mampu menyelesaikan hafalan sholatnya dengan sempurna tanpa terbalik. Ia bahkan berkeinginan untuk bisa sholat dengan khusyuk agar bisa mendoakan umi dan ketiga kakaknya. Ketika ia selesai sholat ashar, ia pergi ketepi sungai untuk mencuci tangannya. Disana Delisa melihat pantulan cahaya matahari senja sangat indah menakjubkan. Cahaya itu adalah seuntai kalung yang dijanjikan oleh uminya untuk Delisa saat sudah lulus hafalan sholatnya. Kalung tersebut berada pada genggaman tangan manusia yang sudah meninggal tinggal tulang nya saja, yang tidak lain adalah uminya. Delisa sangat terkejut melihat nya, ia baru sadar jika uminya telah pergi meninggalkannya. Dan akhirya Delisa berteriak "UMMI.............".
KELEBIHAN : Menyampaikan kepada penontonnya untuk bersikap tegar dan ikhlas menerima apapun keaadaan yang menimpa diri kita. Jangan mudah putus asa dan selalu berysukur atas apa yang kita miliki.
KEKURANGAN : Pada film ini saat Delisa mendapat kalung itu apakah hanya mimpi atau benar mendapatkannya itu tidak jelas. Hanya dimunculkan adegan sampai ia berteriak ummi nya tidak dijelaskan lagi kelanjutannya.
Saran : Diperjelas lagi keaadan setelah tsunami dan kejadian waktu Delisa me;ihat sebuah kalung yang berada digenggaman tangan umminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar